Sex Story 1 - Kitab Jalan Persetubuhan
Sex Story
Ada sesuatu yang tak berujud, namun sempurna, ada sebelum langit dan bumi tercipta, tanpa suara, tanpa isi, tak bergantung, tak berubah, merangkum, tak ada lelah, engkau mungkin menyebutnya ibu dari semua yang ada di bawah langit, jati dirinya, aku tak tahu pasti, kusebut dia dengan Tao.
Petikan kata mistis itu diambil dari kitab Tao Teh Ching, kumpulan syair yang terdiri dari 5000 kata, sangat memikat tentang ajaran Tao. Kitab ini ditulis sekitar 2500 tahun lalu, yang dihubungkan secara batin dengan guru tua, Lao Tze. Tak heran, jika renungan dalam kitab ini begitu dalam, yang membuatnya menjadi buku yang paling banyak diterjemahkan di dunia, setelah al-Quran dan Injil.
Tak ada yang tahu pasti, siapa pengarang kitab kebijaksanaan ini. Secara bahasa dan irama, diduga keras kitab ini ditulis sekitar abad ke-5 SM, dan merujuk pada dokumen arsip kerajaan pada periode yang sama, tampaknya dekat dengan masa hidup Lao Tze, yang mengasingkan diri karena intrik politik, dan menelurkan karya ini sebagai panduan hidup. Lao Tze memulai baris pertama kitab itu dengan indah: "suatu cara yang dapat diucapkan, bukan cara yang sebenarnya. sebuah nama yang dapat dipanggil, bukan nama sejati".
Tapi, Lao Tze bukan pengarang Tao Teh Cing. Ia mengaku hanya menyarikannya dari "jalan hidup" Kaisar Kuning, Huang Ti, bapak pendiri Cina, yang memegang tahta sekitar tahun 277 SM. Kaisar Kuning dipercaya telah mencapai tingkat kehidupan abadi, immortality, karena memahami rahasia mistis persetubuhan. Ia memlihara 1200 harem yang selalu ia gauli dengan prinsip yin dan yang, dan konon, di usia 111 ia moksa, abadi.
Kaisar mendapatkan ilmu itu dari percakapan dengan tiga penasihat kamarnya, Gadis sederhana Su Nu, Gadis misterius Hsuan Nu, dan Gadis pelangi Tsai Nu. Percakapan mereka inilah yang menjadi titik api tentang teknik-teknik persetubuhan Taois kuno, yang memakai energi seksual (hubungan seksual) untuk menambah kesehatan dan memperpanjang usia.
Ingat, tao bukan agama. secara harfiah, tao berarti jalan hidup, jejak, atau bekas. Tapi, secara etimologis, tao juga berarti kecerdikan. Ajaran tao yang utama adalah bagaimana agar kita dapat bertahan hidup dengan menciptakan harmoni bersama kekuatan alam yang sangat besar. Tao menjelaskan bahwa alam raga ini dilingkupi oleh tao teh atau kekuasaan tao, yang membagi tiga kekuatan yakni, tai hsu, kekosongan hebat, tai chi, sumber akhir tertinggi dan tai yi, penggerak tertinggi.
Ketika dentuman besar terjadi, tai chi memberikan yin dan yang untuk menciptakan jagad raya. Tak heran jika dari peristiwa ini, tao lebih memusatkan pada ajaran untuk harmonis di muka bumi, fokus pada kesehatan dan usia manusia.
Dalam tao, tak ada istilah takdir. Sesuatu hanya akan berhasil jika, dan hanya jika diusahakan sungguh-sungguh, melalui praktek, memanfaatkan kekuatannya yang tak akan habis. Itulah sebabnya, tao tak mengenal kekuatan doa apalagi mantra.
Pendekatan kehidupan ala tao yang paling esensial terdapat dalam kalimat ching-jing wu-wei, yang secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "duduk diam tanpa aktivitas apa pun".
Tidak melakukan sesuatu bukan berarti duduk sepanjang waktu, ibarat seonggok kayu, tapi justru beraktivitas tanpa gerakan. Ini secara mudah dapat dipahami sebagai meditasi: melakukan sesuatu secara spontan tanpa rencana, tanpa motif, tanpa keinginan untuk menaklukkan, selaras dengan alam, meditasi untuk meditasi.
Namun, yang paling penting dari prinsip wu-wei adalah mengetahui kapan kita harus berhenti mengerjakan sesuatu dan kapan harus menahan diri dari tindakan yang tak perlu. "tatkala usai kerjamu, berhentilah, itulah jalan langit."
Nah, karena itu juga, dalam tao, seks tidak dipahami sebagai sesuatu yang sakral. Tao hanya memasuki seks dan juga memahaminya sebagai apakah "persetubuhan itu sehat atau tidak". Dan karena dalam tradisi Cina seks adalah aktivitas yang biasa, tak beda dengan makan dan minum, fokus mereka pun habis untuk meneliti bagaimana mengoptimalkan seks untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kesehatan. Inilah kenapa akhirnya tao lebih fokus pada lelaki, dan mengatur bagaimana lelaki dapat mencapai kenikmatan seksual tertinggi, sekaligus meraih kesehatan puncak. Dengan kata lain, sebagai "kitab persetubuhan", tao berusaha mencari harmonisasi antara kenikmatan seks dan kesehatan dalam satu jalan.
by Rahasia Pria Perkasa
Ada sesuatu yang tak berujud, namun sempurna, ada sebelum langit dan bumi tercipta, tanpa suara, tanpa isi, tak bergantung, tak berubah, merangkum, tak ada lelah, engkau mungkin menyebutnya ibu dari semua yang ada di bawah langit, jati dirinya, aku tak tahu pasti, kusebut dia dengan Tao.
Petikan kata mistis itu diambil dari kitab Tao Teh Ching, kumpulan syair yang terdiri dari 5000 kata, sangat memikat tentang ajaran Tao. Kitab ini ditulis sekitar 2500 tahun lalu, yang dihubungkan secara batin dengan guru tua, Lao Tze. Tak heran, jika renungan dalam kitab ini begitu dalam, yang membuatnya menjadi buku yang paling banyak diterjemahkan di dunia, setelah al-Quran dan Injil.
Tak ada yang tahu pasti, siapa pengarang kitab kebijaksanaan ini. Secara bahasa dan irama, diduga keras kitab ini ditulis sekitar abad ke-5 SM, dan merujuk pada dokumen arsip kerajaan pada periode yang sama, tampaknya dekat dengan masa hidup Lao Tze, yang mengasingkan diri karena intrik politik, dan menelurkan karya ini sebagai panduan hidup. Lao Tze memulai baris pertama kitab itu dengan indah: "suatu cara yang dapat diucapkan, bukan cara yang sebenarnya. sebuah nama yang dapat dipanggil, bukan nama sejati".
Tapi, Lao Tze bukan pengarang Tao Teh Cing. Ia mengaku hanya menyarikannya dari "jalan hidup" Kaisar Kuning, Huang Ti, bapak pendiri Cina, yang memegang tahta sekitar tahun 277 SM. Kaisar Kuning dipercaya telah mencapai tingkat kehidupan abadi, immortality, karena memahami rahasia mistis persetubuhan. Ia memlihara 1200 harem yang selalu ia gauli dengan prinsip yin dan yang, dan konon, di usia 111 ia moksa, abadi.
Kaisar mendapatkan ilmu itu dari percakapan dengan tiga penasihat kamarnya, Gadis sederhana Su Nu, Gadis misterius Hsuan Nu, dan Gadis pelangi Tsai Nu. Percakapan mereka inilah yang menjadi titik api tentang teknik-teknik persetubuhan Taois kuno, yang memakai energi seksual (hubungan seksual) untuk menambah kesehatan dan memperpanjang usia.
Ingat, tao bukan agama. secara harfiah, tao berarti jalan hidup, jejak, atau bekas. Tapi, secara etimologis, tao juga berarti kecerdikan. Ajaran tao yang utama adalah bagaimana agar kita dapat bertahan hidup dengan menciptakan harmoni bersama kekuatan alam yang sangat besar. Tao menjelaskan bahwa alam raga ini dilingkupi oleh tao teh atau kekuasaan tao, yang membagi tiga kekuatan yakni, tai hsu, kekosongan hebat, tai chi, sumber akhir tertinggi dan tai yi, penggerak tertinggi.
Ketika dentuman besar terjadi, tai chi memberikan yin dan yang untuk menciptakan jagad raya. Tak heran jika dari peristiwa ini, tao lebih memusatkan pada ajaran untuk harmonis di muka bumi, fokus pada kesehatan dan usia manusia.
Dalam tao, tak ada istilah takdir. Sesuatu hanya akan berhasil jika, dan hanya jika diusahakan sungguh-sungguh, melalui praktek, memanfaatkan kekuatannya yang tak akan habis. Itulah sebabnya, tao tak mengenal kekuatan doa apalagi mantra.
Pendekatan kehidupan ala tao yang paling esensial terdapat dalam kalimat ching-jing wu-wei, yang secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "duduk diam tanpa aktivitas apa pun".
Tidak melakukan sesuatu bukan berarti duduk sepanjang waktu, ibarat seonggok kayu, tapi justru beraktivitas tanpa gerakan. Ini secara mudah dapat dipahami sebagai meditasi: melakukan sesuatu secara spontan tanpa rencana, tanpa motif, tanpa keinginan untuk menaklukkan, selaras dengan alam, meditasi untuk meditasi.
Namun, yang paling penting dari prinsip wu-wei adalah mengetahui kapan kita harus berhenti mengerjakan sesuatu dan kapan harus menahan diri dari tindakan yang tak perlu. "tatkala usai kerjamu, berhentilah, itulah jalan langit."
Nah, karena itu juga, dalam tao, seks tidak dipahami sebagai sesuatu yang sakral. Tao hanya memasuki seks dan juga memahaminya sebagai apakah "persetubuhan itu sehat atau tidak". Dan karena dalam tradisi Cina seks adalah aktivitas yang biasa, tak beda dengan makan dan minum, fokus mereka pun habis untuk meneliti bagaimana mengoptimalkan seks untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kesehatan. Inilah kenapa akhirnya tao lebih fokus pada lelaki, dan mengatur bagaimana lelaki dapat mencapai kenikmatan seksual tertinggi, sekaligus meraih kesehatan puncak. Dengan kata lain, sebagai "kitab persetubuhan", tao berusaha mencari harmonisasi antara kenikmatan seks dan kesehatan dalam satu jalan.
by Rahasia Pria Perkasa